Serangan di London, Terorisme atau Orang Stres?

London, Ibu kota Inggris yang sebelumnya damai dan penuh dengan pengamanan ternyata bisa kecolongan juga. Rabu, 22/3 terjadi serangan di dekat gedung parlemen oleh salah seorang tersangka, dia mengendarai mobil dan menabrak pejalan kaki di sekitarnya.


Tak puas sampai di situ, pelaku menyerang beberapa orang dan menikam polisi yang akhirnya menembak pelaku hingga tewas di tempat. Kejadian ini langsung membuat aparat Inggris bekerja keras di sekitar gedung parlemen untuk mengamankan situasi yang panik.

Akibat kejadian ini, sedikitnya 5 orang tewas dan 40 lainnya luka-luka.

Perdana menteri Inggris, theresa Mei, mengatakan bahwa serangan ini adalah serangan teroris yang sakit dan rusak. Dia mengecam serangan ini dan meminta petugas untuk mengusut tuntas kasus ini sesegera mungkin.

Saat ini di sekitar gedung parlemen Inggris, London, masih dijaga ketat oleh polisi. Selain itu stasiun Westminster juga ditutup dan dijaga ketat demi menjaga kemungkinan serangan susulan.

Identitas dan motif dari penyerang belum diketahui secara pasti, meskipun para pejabat Scotland Yard mengatakan mereka percaya bahwa mereka tahu siapa sosok pelaku itu.

Sampai saat ini tidak ada kelompok yang telah mengaku bertanggung jawab atas serangan itu. Asumsi polisi adalah bahwa penyerang terinspirasi oleh "terorisme internasional," menurut Mark Rowley, wakil komisaris yang bertindak dan memimpin penanganan kasus ini.

Serangan di London ini tentu saja cukup mengejutkan dunia dan menuai banyak kecaman, bahkan Donald Trump Jr juga memberikan komentarnya sekaligus mengecam penyerangan ini.